Pemimpin yang durhaka kepada Rabbnya dan bertindak zalim kepada rakyatnya menjadi antara sebab sebab hancurannya sesuatu negeri. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan derhaka dalam negeri itu, maka sudah pastinya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra’: 16)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang makna ayat di atas, “Kami beri kuasa orang-orang buruknya, lalu mereka bertindak derhaka di dalamnya. Maka apabila mereka telah bertindak seperti itu, aku hancurkan mereka dengan adzab.” (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat tersebut)
Dan makna firman-Nya,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا
“Dan demikianlah Kami adakan pada satu satu negeri dengan adanya penjahat-penjahat yang besar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu.” (QS. Al-An’am: 123)
Dan ketika jumlah para pemimpin dan penguasa negeri yang seperti itu bertambah banyak –dan diakhir zaman jumlah mereka semakin banyak, seperti yang sudah kami tulis sebelum ini: Banyak Pemimpin Zalim dan Hina di Akhir Zaman- maka kehancuran negeri itu semakin dekat. Hal seperti yang dikatakan Imam Al-‘Ufi, dari Ibnu Abbas tentang makna QS. Al-Isra’: 16 di atas Dan seperti itu pula yang dikatakan Ikrimah, al-Hasan al-Bashri, al-Dhahak, Qatadah, al-Zuhri dan lainnya. (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir dalam penafsiran ayat tersebut).
Karenanya kita berlindung kepada Allah dari memiliki pemimpin yang derhaka kepada Allah, menghidarkan syariat-Nya dan tidak mengasihi rakyatnya. Salah satunya dengan membaca doa yang sangat agung ini:
"Ya Allah, kurniakanlah untuk kami rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan (kurniakanlah untuk kami) ketaatan kepada-Mu yang dapat menyampaikan kami kepada syurga-Mu, serta (berikanlah untuk kami) keyakinan hati yang dapat meringankan kami dari berbagai cobaan dunia. Jadikankan kami boleh menikmati dan menafaatkan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama kami hidup. Dan jadikan semua itu sebagai pewaris bagi kami (tetap ada pada kami).
Jadikanlah kemarahan dan balas dendam kami hanya kepada orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami. (Ya Allah) Janganlah Engkau jadikan musibah kami adalah yang terjadi pada kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami." (HR. Al-Tirmidzi dalam tulisan no. 3502, al-Nasai dalam 'Amal al-Yaum wa al-Lailah no. 402, Al-Hakim 1/528, Al-Baghawi no. 1374 dari hadits Ibnu Umar. Imam al-Tirmidzi mengatakan hasan Gharib. Syeikh Al-Albani menghassankan hadits ini dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 1268) Wallahu Ta’ala a’lam
Kerajaan dan Sekolah: Dari Era ‘Laissez Faire’ ke Sentralisasi
-
Pendidikan memainkan peranan penting dalam membentuk masyarakat dan
memastikan kesinambungan pembangunan sebuah negara. Namun, cara pendidikan
diurus dan d...
15 hours ago